Kamis, 06 September 2012

GURINDAM DUA BELAS, RAJA ALI HAJI







Pelopor Sastra

Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Riau, pada tarikh 23 Rajab 1263 Hijriyah, atau 1847 Masehi dalam usia 38 tahun. Karya ini terdiri atas 12 Fasal dan dikategorikan sebagai “Syi’r al Irsyadi” atau puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah SWT. Selain itu terdapat pada pelajaran dasar Ilmu Tasawuf  mengenai; “yang empat”: yaitu syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

Dalam pengantar buku kecil Gurindam  Dua Belas, Gubahan Raja Ali Haji, yang diterbitkan oleh Yayasan Tuanku Chalil, Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau, dapat dilihat;

Bermula inilah rupanya syair

Dengarkan tuan suatu rencana
Mengarang di dalam gundah gulana
Barangkali gurindam kurang kena
Tuan betulkan dengan sempurna

Inilah arti gurindam yang dibawah syatar ini

Persamaan yang inda-indah
Yaitu ilmu yang memberi faedah
Aku hendak bertutur
Akan gurindam yang beratur


Pulau Penyengat

Pulau kecil yang panjangnya 2 Kilometer dan lebar kurang dari 1 Kilometer, merupakan sala satu pulau yang termasuk bagian dari kotamadya Tanjung Pinang, dengan status Kelurahan semenjak terbentuknya provinsi Kepulauan Riau. Pulau Penyengat ini terletak di bagian barat Pulau Bintan tepat
di depan Kota Tanjung Pinang, pada 0°56’ Lintang Utara dan 104°29’ Bujur Timur, dipisahkan oleh sebuah selat yang dapat dihubungkan dengan perahu-perahu kecil yang disebut dengan pom-pong, sekitar kurang lebih 12 menit.

Pusat perkembangan ilmu dan budaya Melayu di Rantau Semenanjung Tanah Melayu dan Timur Nusantara adalah di Pulau Penyengat. Sejak dulu kegiatan tulis menulis dipandang sebagai pekerjaan
yang sangat mulia dan tinggi sekali derajatnya. Sehingga dalam bidang budaya, perkembangan yang
sangat pesat adalah bahasa Melayu.

Salah seorang tokoh yang sejak awal telah merupakan seorang pengarang yang produktif adalah Raja Haji Ahmad Engku Tua, putra tertua Raja Haji Fisabilillah. Dia telah menulis beberapa buah syair, antara lain Syair Engku Puteri, Perang Johor dan Raksi serta membuat kerangka tulisan untuk buku Tuhfat An Nafis (Anugerah yang Berharga) yang kelak diteruskan oleh anaknya Raja Ali Haji.

Raja Ali Haji (1809-1870), merupakan tokoh budaya yang kompleks. Dia juga seorang pujangga, seorang ahli siasat dan politikus, seorang ulama dan seorang ahli bahasa. Dari tangannya dihasilkan Gurindam 12 yang terkenal.

Karya-karya besar seperti Gurindam XII, Bustan Al Katibin (Kamus Bahasa Melayu). Kitab Pengetahuan
Bahasa, Tsamarad Al Muhimmah (Kitab Pegangan para Pejabat Pemerintah), Muqoddimah Fi Intizam
(Undang-Undang), Syair Abdul Muluk, Tuhfat Al-Nafis (Sastra Sejarah), Silsilah Melayu dan Bugis (Sastra
Sejarah), Syair Suluh Pegawai, Syair Siti Shianah, Syair Sinar Gembala Mustika Alam dan sejumlah buku
lainnya.

Masih terdapat sejumlah pengarang lainnya menurut garis keturunan merupakan keluarga dari Raja Haji Ahmad, seperti Raja Saliha (saudara perempuan Raja Ali Haji), Raja Safiah (anak Raja Ali Haji) dan lainnya. Termasuk nama penting Raja Ali Kelana, yang jabatan terakhirnya yaitu calon Yang Dipertuan Muda. Salah satu buku terpentingnya adalah Pohon Perhimpunan (Laporan Perjalanan dan Inspeksi ke Pulau Tujuh), dan Abu Muhammad Adnan yang mengarang sejumlah buku tentang Bahasa
dan Budi Pekerti

Gurindam Fasal yang Ketiga

Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi

Gurindam Fasal yang Kesebelas

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendak memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalul
Hendak ramai
Murahkan perangai.

Sarat Nilai

Gurindam dua belas, sarat dengan nilai, dalam kontek hubungan horizontal sesama manusia dan hubungan vertikal dengan allah Pencipta. Termasuk menjadi penekanan Raja Ali haji, adalah hubungan sesama manusia dan juga bagaimana kepemimpinan penguasa yang adil dan bijaksana.

Namun saat ini, tidak banyak telaah tentang makna yang disampaikan oleh Raja Ali Haji. Bilamana ada acara –acara  seminar, lokakarya, pertemuan atau wisata melalui pulau Batam,  umumnya lebih cendrung menyebrang ke Singapura untuk berbelanja. Kunjungan ke Pulau Penyengat  dengan biaya murah, boleh dikatakan sangat kecil.  Ini terlihat ketika acara seminar Lansia dalam rangka memperingakti Hari Lanjut Usia Internasional Berlangsung tanggal 25-30 Oktober 2013 di Batam, yang diikuti oleh 150 peserta terdiri dari Wakil Bupati/Wakil Walikota, Komda Lansia, Bappeda tingkat Kabupaten, Pejabat instansi terkait tingkat Propoinsi, hanya  sepertiganya yang ikut serta dalam kunjungan ke Pulau Penyengat. (H.Muchtar Bahar),















Tidak ada komentar: