Senin, 02 November 2015

COMPANG CAMPING PENDIDIKAN KITA






Sudah lebih setengah abad, upaya untuk memperbaiki layanan pendididikan yang berkualitas dan merata di tanah air, masih  jauh dari harapan.
Walau di segi alokasi anggaran untuk bidang ini telah berada diatas 20 % dari APBN setiap tahun.

Berbagai isu  yang menghimpit dunia pendidikan  Indonesia.  “Kontradiksi kebijakan  yang  tercantum dalam UUD 45 dan amandemen dengan sejumlah kebijakan turunannya dalam bentuk UU.Sidiknas, Peraturan Pemerintah dan berbagai Surat Keputusan” papar Yanti dari Yayasan Kerlip,  yang dikermukakan dalam  Dialog Pendidikan di Wilayah DKI Jakarta, 15 April 2009, di Hotel Ibis, Jakarta Barat.

Muatan Pasal 31 UUD 1945 dan amandemen, dengan tegas menyatakan   bahwa: (1) Seluruh warga negara berhak  memperoleh pendidikan.  (2) Semua warga negara wajib memperoleh pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. (4) Pemerintah memprioritaskan pendidikan dengan mengalokasikan sekurang-kurangnya 20% dari APBN dan APBD untuk penyelenggaraan pendidikan nasional.

Berkaitan dengan pasal 31 tersebut, ternyata Pemda DKI Jakarta menjabarkan nya dengan tolak belakang, tanggung jawab  pemerintah bergeser kepada masyarakat. Dimuat dengan jelas dalam Perda DKI Jakarta PERDA No 8 tahun 2006, yakni Pasal 5 (2) Warga masyarakat memberikan dukungan sumber daya pendidikan untuk kelangsungan penyelenggaraan pendidikan. Pasal 7 (4) Orangtua berkewajiban atas biaya untuk kelangsungan pendidikan anaknya sesuai kemampuan, kecuali bagi orangtua yang tidak mampu dibebaskan dari kewajiban tersebut dan menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pasal 9 Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.

Akibatnya jelas yang menjadi korban adalah warga didik. Menurut data Dinas Pendidikan DKI Jakarta tahun 2008, jumlah anak putus sekolah di tingkat SMA mencapai 1.253 orang. Lalu, jumlah anak putus  sekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mencapai 3.188 orang. Untuk tingkat sekolah dasar di Jakarta, pada tahun 2008 masih  ada 571 pelajar yang putus sekolah. Lalu, dari tingkat SMP ada 1.947 pelajar yang juga putus sekolah.Alasan mereka putus sekolah kebanyakan karena kekurangan biaya dan harus  membantu orang tuanya mencari uang.(Monitoring Kewajiban Pemerintah Jakarta dalam  Pemenuhan Hak Anak Atas Pendidikan, Makalah, Yanti Sriyulianti/KerLiP)

Dampak lain nya adalah dari tahun ketahun jumlah anak jalanan di DKI Jakarta dan di berbagai kota sekitarnya tidak lah semakin turun. Jumlah anak jalanan yang berhasil di tarik dari jalanan melalui berbagai program, digantikan oleh anak jalanan pendatang baru dengan jumlah yang lebih besar.

Kompleknya persoalan pendidikan ini, akan semakin parah bilamana memang Pemda DKI akan mengurangi alokasi APBD untuk pendidikan “Biaya pendidikan di Jakarta akan naik hingga dua kali lipat. "Karena DPRD DKI Jakarta menghapuskan Bantuan Operasional Pendidikan dari anggaran pendidikan DKI Jakarta," kata Kepala Dinas Pendidikan Tinggi DKI Jakarta Margani M. Mustar menyatakan dalam acara Seminar Perspektif Pembiayaan Pendidikan di Jakarta kemarin. (Tempointeraktif 29 Februari 2008)

Dalam Dialog  Publik yang digelar oleh Plan International itu, muncul sejumlah kritisi tajam terhadap penyelenggaraan pendidikan,  diantaranya; kompetensi guru, fasilitas proses pembelajaran, buku teks hingga, penentuan standar kelulusan Ujian Nasional yang demikian rendah.

Alternatif pendidikan non formal yang dijalankan melalui Paket A, B dan C juga masih tidak berjalan efektif. Adanya pandangan yang kurang positif tentang kualitas terhadap lulusan ujian persamaan melalui jalur pendidikan non formal.

Dukungan komunitas terhadap penyelenggaraan pendidikan juga masih belum jelas. Komite Sekolah dan Dewan Pendidian yang diharapkan dapat memberikan kontrol dan masukan, lebih banyak berperan sebagai alat dari Sekolah

Itulah compang camping dunia pendidikan kita, yang akan menjadi fokus garapan “Pendidikan Untuk Semua” Education for All/EFA”  yang telah dicanangkan dengan  enam pokok aksi yang dapat menjadi acuan dalam konteks pembangunan pendidikan di DKI Jakarta kedepan:
·         Memperluas dan meningkatkan kesempatan pendidikan pada usia dini, terutama bagi mereka yang terpinggirkan.
·         Memastikan bahwa pada tahun 2015 nanti, semua anak, terutama perempuan, anak-anak yang terpinggirkan dan mereka yang menjadi etnis minoritas, memiliki akses terhadap pendidikan dasar yang bermutu.
·         Memastikan bahwa kebutuhan untuk belajar dari semua generasi muda maupun dewasa terpenuhi melalui terbukannya akses terhadap segala bentuk pendidikan, baik formal maupun informal.
·         Meningkatkan melek huruf khususnya bagi kaum  perempuan, serta meningkatkan akses pembelajaran seumur hidup bagi orang dewasa.
·         Menghilangkan disparitas gender dalam akses terhadap pendidikan dasar dan menengah pada tahun 2005, dan mencapai kesetaraan kesempatan jender pada tahun 2015.
·         Meningkatkan semua aspek kualitas pendidikan, baik formal maupun informal.


Meskipun potret  pendidikan demikian kusam, masih ada harapan di masa datang. Tentu saja dengan semangat kebersamaan yang konstruktif untuk melakukan perubahan.(Muchtar Bahar)

MUHAMMAD BAEDOWY, PAMULUNG KAYA RAYA

Jika orang menganggap sampah sebagai barang yang menjijikkan, bagi Baedowi justru sebaliknya, sampah adalah harta karun. Dengan sampah kini ia bergelimang rupiah. Meski harus hengkang sebagai auditor di sebuah bank asing dan menjadi ‘pemulung’. Usaha yang dirintisnya sukses, sebagai juragan sampah yang mampu mengekspor dua kontainer biji sampah plastik ke China setiap minggu dengan omset menggiurkan.

Setiap kesuksesan itu memang perlu diperjuangkan. Kerja keras dan peras keringat Baedowy selama bertahun-tahun membuktikan itu. Berawal ditahun 2000 saat ia membidik peluang bisnis sampah plastik. Meski ia mantan seorang pekerja kantoran yang setiap hari berdasi, di sebuah Bank Asing. Baedowy sama sekali tak merasa risih harus bercengkrama dengan tumpukan sampah. Bahkan iapun tak ragu berkeliling berburu sampah ke setiap wilayah siang dan malam.

Hal ini dikemukakannya saat berbagi pengalaman dalam Pembekalan Pemuda Sarjana Penggerak Pembangunan di Pedesaan (PSP3) Angkatan 24, di Bumi Marinir, Cilandak, Jakarta Selatan, 15 September 2014. Share pengalaman yang saya moderatori disini diikuti oleh 837 orang PSP3 yang berasal dari 33 Provinsi dan akan ditempatkan  di Provinsi lain, selama dua tahun.

Namun daya juang Baedowy cukup kokoh. Ia seorang pejuang tangguh dan pantang menyerah. Ia nekad berbisnis dengan modal awal sekitar 50 juta yang dipakai untuk beli mesin, sewa lahan dan membuat bangunan sederhana. Di tahun kedua akhirnya dewi fortuna pun menyapa, bisnis yang ditekuninya semakin berkembang. Kini biji sampah hasil olahannya diekspor ke China. “Satu kali ekspor bisa mencapai 20 ton. Setiap satu minggu bisa satu sampai dua kontaineran. Mengenai keuntungan ya kira-kira 500 rupiah per kilogram“, ujar pria berusia 41 tahun ini. Dalam sehari mesin buatannya mampu menggiling hingga 3 ton bahan baku sampah plastik meski rata-rata hanya satu ton saja per harinya.

Ujian Bisnis
Kesuksesan yang direguknya tentu tidaklah instan. Di tahun pertama, ia harus menemui beberapa kendala yang hampir saja membuatnya pesimis. “Kendala pasti adalah, bagi saya setidaknya ada dua hal teknis dan non teknis. Non teknis berupa ujian mental. Bisa dibayangkan, saya ini seorang sarjana, mantan pegawai bank yang selalu berdasi, tiba-tiba harus jadi pemulung, tukang sampah, rasa-rasanya setiap orang pun akan malu tak terkecuali orang tua saya. Soal teknis berupa mesin yang selalu ngadat. Hampir di satu tahun pertama saya disibukkan dengan membetulkan kondisi mesin agar bisa tampil prima, “ kilahnya.

Bahkan yang lebih tragis, sebelum itu, ia harus rela hengkang dari rumah kontrakannya karena tak kuat membayar uang sewaan. “Itu adalah masa yang paling menyedihkan dalam kehidupan saya. Saat itu, saya harus menitipkann istri dan anak-anak saya ke rumah orang tua saya. Sepertinya, peristiwa itu akan selalu teringat dalam benak saya” kilahnya setengah mengeluh.

Tapi itu adalah dulu, sebelum ia menemukan sampah sebagai lumbung rejekinya. Baginya, semua itu dijadikan sebagai bahan pelajaran untuk beranjak menjadi lebih baik. Faktanya dengan kerja keras dan restu orang tua, meski dari sampah namun ia bisa menyedot rupiah. “Satu hal yang penting bagi saya, restu orang tua, itulah yang mendongkrak saya hingga berhasil,” aku ayah tiga anak ini.
 
Pemulung dan Mitra

Setelah 16 tahun berlalu, kini bisnis Baedowy semakin bergairah. Untuk bahan baku ia berdayakan lebih dari seratus pemulung. Bukan hanya itu, iapun sudah menggalang kerja sama dengan lebih dari 100 mitra kerja yang terhampar dari Aceh hingga Papua. “Saya bangga bisa memberdayakan para pemulung dan ibu-ibu disekitar pabrik pengolahan sampah. Selain itu, karena saya sudah menggalang kerjasama dengan lebih dari 100 mitra di seluruh Indonesia, secara otomatis masyarakat disekitarnya pun turut diberdayakan. Di setiap satu pabrik bisa mempekerjakan lebih dari 60 orang,” imbuh pria lulusan Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Merdeka Malang ini dan lahir di Balikpapan.

Untuk mitra kerja, tak segan ia memberikan pelatihan dari nol hingga menjadi piawai yang diadakan di seluruh kota. “Setiap mitra yang membeli mesin dari saya, saya berikan training hingga bisa, bahkan sampah hasil olahannya pun saya siap beli”, ungkap pemilik CV Majestic Buana Group yang bermarkas di Jalan Raya Cimuning, Mustika Jaya, Bekasi ini. Selain memberdayakan para pemulung, yang patut ditiru adalah ia tak pernah lupa sedekah. Secara rutin, Baedowy pun sering mengadakan acara tasyakuran dan sedekah pada anak-anak yatim piatu.

Selain berbisnis, saat ini ia aktif mengajar dan memberikan kuliah umum di beberapa universitas di tanah air. “Sampah adalah masalah besar bangsa kita. Tapi kalau diolah secara baik dan tepat dengan teknologi tepat pula, sampah pun bisa menjadi rupiah. Saya berobsesi untuk menyebar luaskan pengetahuan saya ini kepada seluruh masyarakat”, pungkasnya.

Hasilnya nyata, sebuah Fortuner, Volvo, Kijang Inova nangkring di rumahnya dengan nilai milyaran rupiah. Sebuah pabrik dan Ia juga sedang mengincar lahan seribu meter persegi, satu meternya sekitar Rp 1 juta, yang menjadi tempat pabrik pencacahan botol plastiknya beroperasi selama ini di Kelurahan Cimuning, Bekasi.

Kenyamanan hidup ini datang setelah proses berliku yang hampir mentok pada penyesalan mendalam. Sempat mendapat tawaran bekerja di perusahaan perminyakan di Kalimantan lewat koneksi, ia lebih memilih bekerja di bank asing itu. Tiga tahun bekerja di sini, ia bentrok dengan atasan. Lima pekerjaan yang ditinggal pegawai korban rasionalisasi harus dia kerjakan. ”Tapi bayarannya cuma untuk satu pekerjaan”. Semua ini simbol ”becek”-nya bisnis pencacahan botol plastik bekas yang ditekuninya 14  tahun terakhir.

Manusia Sampah, Bukan Sampah Manusia

Rumah baru ini disebutnya berarsitektur ekstrim minimalis: bentuknya kotak-kotak, hampir tanpa pagar, sebuah tangga beton menjulur dari ruang tamu di lantai dua ke bibir jalan, serta tanpa genting karena beratap dak beton. Nilainya? ”Satu miliar lebih,” kata lelaki ini kalem.

Dia merasakan tak ada balasan apa pun dengan datang ke kantor pagi dan pulang lewat tengah malam. Merasa diperlakukan tidak adil, Baedowy, saat itu berusia 27 tahun, memutuskan hengkang pada 2000. Lantaran kesal, ia menendang tempat sampah di ruang kantor sang atasan, sembari melontarkan ajakan berkelahi. ”Saya tunggu di parkir,” katanya geli, menirukan ucapannya.

Mengingat 14 tahun lalu, saat berhenti jadi pegawai, Baedowy teringat ucapan seorang tamu hotel seberang kantornya di kawasan Sudirman, Jakarta Selatan, pada suatu siang. Tamu itu seorang lelaki tua bercelana pendek yang asyik bersantap siang. Baedowy yang berjas dan berdasi merasa kalah gaya. Penasaran, ia menanyakan bisnis si lelaki tua, yang dijawab singkat, ”Bisnis sampah.” Dia pun membulatkan tekad. Saat itu dia sudah beranak dua dan keduanya masih bayi.

Lelaki kelahiran Balikpapan ini lalu menjajal bisnis pengepul benang nilon kusut, sambil melirik bisnis jangkrik yang sedang booming. Tak beruntung, ia mulai menggarap bisnis pengolahan botol plastik bekas. Tiga orang preman sempat memalaknya saat sedang mengumpulkan botol bekas di pinggiran Kota Bekasi. Tangan kanannya sempat terkena sabetan pisau. ”Mereka saya kejar sampai ke sawah,” kata pria yang kerap berkelahi ketika masih SMA ini. Modal awal bisnis pencacahan botol bekas sekitar Rp 50 juta, yang sebagian besar milik rekan bisnisnya. Mencoba setahun, bisnis pencacahan tertatih-tatih. Mesin rusak melulu, dan bahan baku seret. Awal 2001, bisnisnya kolaps. Dicemberuti orang tua yang menjenguk, ia sempat memulangkan sang istri ke Malang untuk menghemat biaya hidup.

Tiga bulan ia memasang plakat, ”Pabrik Dijual”, tak laku. Saat di titik nadir ini, Baedowy sempat menggugat Tuhan dan mengimingi-Nya perbuatan baik jika diberi kesuksesan. Ia mulai nelangsa teringat kenyamanan sebagai karyawan. ”Saya sangat menyesal berhenti waktu itu,” katanya. Sebuah curriculum vitae kembali disusunnya, meski tidak sempat dikirim untuk melamar. Semangat berusaha Baedowy muncul kembali. Ia mulai sibuk mengoprek-oprek mesin penggilingan yang ringsek itu. Beberapa bengkel mesin bubut di sekitar Rawapanjang, Bekasi, dijabaninya untuk mencari onderdil bekas. Ia pun merutuki desain mesin pencacah miliknya, sambil secara otodidak merancang ulang bagian demi bagian.

Alhasil, ia membuat mesin pencacah sendiri, yang terdiri atas tiga ukuran. Produksi penggilingan botol plastik mulai bergulir. Usahanya mulai mencuat sewaktu didatangi wartawan ketika riuh penutupan tempat pembuangan sampah akhir Bantar Gebang. Maklum, sebagian suplai bodong diambilnya di sini. Dari pemberitaan itu, satu per satu pembeli datang dan menaksir mesinnya. Akhir 2001, mesin mulai laku plus hasil gilingannya semakin banyak dan bersih. Dari sini, Baedowy mengembangkan mitra kerjanya, sebagai pembeli mesin dan penyuplai hasil gilingan. 

Para pembeli mesin gilingnya berhak menjual hasil gilingannya ke Majestic Buana. ”Dan saya wajib membeli,” katanya sambil menunjuk surat perjanjian kerja sama. Pasar Cina yang berkembang pesat menelan berapa saja ekspor cacahan plastiknya. Soal omzet, ia enggan menyebut. Namun ia mengatakan jumlah ekspor per pekan sekitar dua kontainer dengan penjual mesin minimal dua buah per bulan. Ita, 40 tahun, warga Bekasi yang membuka usaha penggilingan di Purwakarta, menjadi salah satu mitranya dari sekitar seratus mitranya sekarang. ”Saya juga mendapat bantuan pelatihan dan pemasangan mesin secara gratis,” katanya. Hasil gilingan Ita dijual ke Baedowy dengan harga pasar.
Regina Pacis, sekolah swasta di Bogor, kepincut membeli mesin pencacah seharga Rp 40 juta-an. ”Kami ingin mengajari siswa bahwa kebersihan juga bisa menguntungkan,” kata Suster Cecilia Hartati. Hasil cacahan para siswa dibeli Baedowy secara komersial. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi pun mempercayainya membuat mesin injection plastik. Adapun Pemerintah Daerah Jawa Barat memasukkan namanya menjadi satu dari tiga usaha kecil menengah yang akan diusulkan untuk penghargaan lingkungan Kalpataru tahun depan. Baedowy punya nasihat untuk para karyawan. ”Segera buka usaha sendiri, deh”

Deretan Prestasi

Baedowy yang lahir di Balikpapan, tahun 1973 meraih berbagai prestasi di dalam negeri dan juga di luar negeri. Prestasi ini diberikan pada nya karena usaha, keberhasilannya selama ini, seperti;

·         JUARA 1 Pemuda Pelopor Tingkat Nasional tahun 2006 (Kementrian Pemuda dan Olahraga RI)
·         Juara 1 Wira Usaha Terbaik se-Indonesia, peraih Dji Sam Soe Award 2009 (Seleksi dari 5.100 Pengusaha se-Indonesia, dari berbagai macam bidang usaha)
·         Tokoh Pilihan Terbaik Majalah Tempo 2009
·         Peraih Penghargaan Industri Hijau Tingkat Nasional 2010 (Kementrian Perindustrian RI)
·         Peraih Piagam Penghargaan Liputan 6 SCTV Award 2010
·         Peraih Penghargaan Pria Sejati Pengobar Inspirasi 2010, PT Bentoel Indonesia
·         Peraih Soegoeng Sarjadi Award on Good Governance 2010
·         Peraih Piagam Penghargaan Kalpataru 2010 (Kementrian Lingkungan Hidup RI)
·         Peraih Penghargaan Indonesian – Asean Young Green Soldier Award 2011
·         Pengusaha Favorit Pembaca Majalah Elshinta 2012
·         Country Winner Malaysiia – China Chamber of Commerce Green Award 2013 Kuala Lumpur
Kontak dan keperluan lanjutan dapat dilakukan langsung dengan  Muhammad Baedowy, Majestic Buana Group, Jl. Raya Cimuning 35, Kelurahan Cimuning, Kota Legenda, Mustikajaya, Bekasi Timur. Tel. (021) 7020 1859 (flexi), 081514038689 (HP), Email: majesticbuana@yahoo.com.

Sepuluh Kiat 

Menyimak pengalaman jatuh bangun dari bawah sehingga dijuluki, ”Juragan Sampah, Pemuda Pelopor dan sebutan lain, dapat dipetik sepuluh kiat yang mengantarkan nya  pada kondisi anak muda yang milyader saat ini.

1.   Semangat-semangat! Ketika di PHK dari Bank Asing tahun 2000 dengan jabatan yang lumayan yakni Internal  Auditor, dalam kondisi labil mental, dikritik oleh keluarga dan teman-teman, tidak lah akhir dari semuanya.  Tetap semangat untuk maju.
2.      PHK  14 tahun yang lalu itulah yang membuat dia seperti sekarang. Orang upahan yang menjadi pemilik perusahaan yang cukup besar. Kejadian itu memberikan makna yang dalam bahwa, “Allah maha tahu terhadap hamba Nya”. Lihatlah sudut pandang positif.
3.        Sesungguhnya rejeki itu tidak pernah salah, Allah maha tahu hambanya yang selalu bersyukur. Dan diyakini, bahwa lipat ganda rejeki akan selalu datang bagi kelompok orang yang selalu ingat pada Nya.
4.     Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa, “Jangan jual barang, jual lah Ide”. Saya membuka kesempatan untuk menampung sampah plastik, pelet plastik, dan bahan olahan dari sampah plastik lain. Idenya adalah untuk membuka kesempatan lapangan kerja, untuk itu saya siapkan teknologinya dan pelatihan yang diperlukan.
5.   Buatlah jaringan dengan mitra  dengan mutual benefit.  Saya dapat pelatihan pembuatan mesin pencacah plastik secara gratis, sementara mitra mempunyai kesempatan untuk berkreasi dan uji coba teknologi tersebut.
6.   Tidak perlu malu, pada awalnya saya keliling mengumpulkan sampah plastik di jalanan dan TPU dan mendatangi lapak pengumpul. Orang-orang melihat dan memberikan komentar, “Anak muda keren, kok mau ngumpulin sampah, seperti  pemulung”.
7.   Bilamana selesai sebuah ide dengan hasil yang memuaskan, jangan berhenti. Lakukan penyempurnaan dan cari ide-ide baru.
8.        Berikan juga kesempatan kepada orang lain untuk maju. Misalnya kepada karyawan selalu saya katakan,  ”Segera buka usaha sendiri”
9.  Jangan pelit membagi ilmu. Saya menjual teknologi pencacah plastik dan memberikan layanan penuh tanpa batas waktu. Kalau ada yang berminat untuk mengembangkan nya saya terima dengan baik. Layanan pelatihan juga tanpa batas, pembeli mesin pencacah plastik tidak perlu menyediakan dana bila berada di Jabodetabek. Diluar wilayah itu, mereka cukup sediakan tiket.
10.  Konsisten dengan pilihan. Jangan tergoda kritik atau ajakan untuk pindah kepada kegiatan lain. Dengan berat hati, saya menitipkan istri dan anak di orang tua, agar saya tetap serius dengan ide pamulung dan pengalaman sampah.
1.    
     (.H. Muchtar Bahar, Share Cerita Sukses, Pembekalan P2SP3 Angkatan 24, 15 September, 2014 di Aula Bumi Marinir, Cilandak, Majalah Tempo, Kementrian Pemuda dan Olah Raga, berbagai liputan media cetak dan elektronik).

GURINDAM DUA BELAS, RAJA ALI HAJI


      


      Pelopor Sastra

     Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji di Pulau Penyengat, Riau, pada tarikh 23 Rajab 1263 Hijriyah, atau 1847 Masehi dalam usia 38 tahun. Karya ini terdiri atas 12 Fasal dan dikategorikan sebagai “Syi’r al Irsyadi” atau puisi didaktik, karena berisikan nasihat dan petunjuk menuju hidup yang diridhoi Allah SWT. Selain itu terdapat pada pelajaran dasar Ilmu Tasawuf  mengenai; “yang empat”: yaitu syariat, tarikat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No II, Batavia, dengan huruf Arab dan terjemahannya dalam bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.

   Dalam pengantar buku kecil Gurindam  Dua Belas, Gubahan Raja Ali Haji, yang diterbitkan oleh Yayasan Tuanku Chalil, Pulau Penyengat, Provinsi Kepulauan Riau, dapat dilihat;

Bermula inilah rupanya syair

Dengarkan tuan suatu rencana
Mengarang di dalam gundah gulana
Barangkali gurindam kurang kena
Tuan betulkan dengan sempurna

Inilah arti gurindam yang dibawah syatar ini

Persamaan yang inda-indah
Yaitu ilmu yang memberi faedah
Aku hendak bertutur
Akan gurindam yang beratur


Pulau Penyengat

      Pulau kecil yang panjangnya 2 Kilometer dan lebar kurang dari 1 Kilometer, merupakan sala satu pulau yang termasuk bagian dari kotamadya Tanjung Pinang, dengan status Kelurahan semenjak terbentuknya provinsi Kepulauan Riau. Pulau Penyengat ini terletak di bagian barat Pulau Bintan tepat  di depan Kota Tanjung Pinang, pada 0°56’ Lintang Utara dan 104°29’ Bujur Timur, dipisahkan oleh sebuah selat yang dapat dihubungkan dengan perahu-perahu kecil yang disebut dengan pom-pong, sekitar kurang lebih 12 menit.

     Pusat perkembangan ilmu dan budaya Melayu di Rantau Semenanjung Tanah Melayu dan Timur Nusantara adalah di Pulau Penyengat. Sejak dulu kegiatan tulis menulis dipandang sebagai pekerjaan yang sangat mulia dan tinggi sekali derajatnya. Sehingga dalam bidang budaya, perkembangan yang sangat pesat adalah bahasa Melayu.

Salah seorang tokoh yang sejak awal telah merupakan seorang pengarang yang produktif adalah Raja Haji Ahmad Engku Tua, putra tertua Raja Haji Fisabilillah. Dia telah menulis beberapa buah syair, antara lain Syair Engku Puteri, Perang Johor dan Raksi serta membuat kerangka tulisan untuk buku Tuhfat An Nafis (Anugerah yang Berharga) yang kelak diteruskan oleh anaknya Raja Ali Haji.

Raja Ali Haji (1809-1870), merupakan tokoh budaya yang kompleks. Dia juga seorang pujangga, seorang ahli siasat dan politikus, seorang ulama dan seorang ahli bahasa. Dari tangannya dihasilkan Gurindam 12 yang terkenal.

  Karya-karya besar seperti Gurindam XII, Bustan Al Katibin (Kamus Bahasa Melayu). Kitab Pengetahuan Bahasa, Tsamarad Al Muhimmah (Kitab Pegangan para Pejabat Pemerintah),

      Karya lainya adalah Muqoddimah Fi Intizam (Undang-Undang), Syair Abdul Muluk, Tuhfat Al-Nafis (Sastra Sejarah), Silsilah Melayu dan Bugis (Sastra Sejarah), Syair Suluh Pegawai, Syair Siti Shianah, Syair Sinar Gembala Mustika Alam dan sejumlah buku lainnya.

    Masih terdapat sejumlah pengarang lainnya menurut garis keturunan merupakan keluarga dari Raja Haji Ahmad, seperti Raja Saliha (saudara perempuan Raja Ali Haji), Raja Safiah (anak Raja Ali Haji) dan lainnya. Termasuk nama penting Raja Ali Kelana, yang jabatan terakhirnya yaitu calon Yang Dipertuan Muda. Salah satu buku terpentingnya adalah Pohon Perhimpunan (Laporan Perjalanan dan Inspeksi ke Pulau Tujuh), dan Abu Muhammad Adnan yang mengarang sejumlah buku tentang Bahasa dan Budi Pekerti

Gurindam Fasal yang Ketiga

Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita
Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping
Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah
Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
daripada segala berat dan ringan
Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tiada senonoh
Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat
Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi

Gurindam Fasal yang Kesebelas

Hendaklah berjasa
Kepada yang sebangsa
Hendak jadi kepala
Buang perangai yang cela
Hendak memegang amanat
Buanglah khianat
Hendak marah
Dahulukan hujjah
Hendak dimalui
Jangan memalul
Hendak ramai
Murahkan perangai.

Sarat Nilai

    


    
    Gurindam dua belas, sarat dengan nilai, dalam kontek hubungan horizontal sesama manusia dan hubungan vertikal dengan allah Pencipta. Termasuk menjadi penekanan Raja Ali haji, adalah hubungan sesama manusia dan juga bagaimana kepemimpinan penguasa yang adil dan bijaksana.


     

     Namun saat ini, tidak banyak telaah tentang makna yang disampaikan oleh Raja Ali Haji. Bilamana ada acara –acara  seminar, lokakarya, pertemuan atau wisata melalui pulau Batam,  umumnya lebih cendrung menyebrang ke Singapura untuk berbelanja. Kunjungan ke Pulau Penyengat  dengan biaya murah, boleh dikatakan sangat kecil.  Ini terlihat ketika acara seminar Lansia dalam rangka memperingakti Hari Lanjut Usia Internasional Berlangsung tanggal 25-30 Oktober 2013 di Batam, yang diikuti oleh 150 peserta terdiri dari Wakil Bupati/Wakil Walikota, Komda Lansia, Bappeda tingkat Kabupaten, Pejabat instansi terkait tingkat Propoinsi, hanya  sepertiganya yang ikut serta dalam kunjungan ke Pulau Penyengat. (H.Muchtar Bahar),




LANSIA, POTENSI DAN TANTANGAN

Semakin Besar



Pada tahun ini, penduduk dunia sudah melebihi dari 7 Miliar orang, dimana penduduk lansia yang berumur di atas 60 tahun sudah mencapai 1 Miliar orang. Perkembangan penduduk lanjut usia sedunia sedemikian cepat seiring dengan meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan yang menjadikan usia harapan hidup meningkat. Di Indonesia, usia harapan hidup untuk wanita adalah 72 tahun dan untuk pria 70 tahun, di banding pada tahun 70an, Usia Harapan Hidup untuk perempuan 58 tahun dan untuk pria 56 tahun.

Upaya mensejahterakan lanjut usia di tingkat dunia, ditandai dengan adanya Vienna International Plan of Action on Ageing tahun 1982 dan diratifikasi oleh Sidang Umum PBB pada tahun yang sama. Pada pertemuan Sidang Umum PBB 14 Desember 1990 melalui Resolusi 45/106, telah di deklarasikan bahwa tanggal 1 Oktober sebagai International Day of Older (IDOP). Pada sidang Umum PBB tahun 1991 telah mengadopsi UN Principle on Ageing melalui Resolusi 46/91 (Independence, Participation, Care, Self Fulfillment, and Dignity). Tahun 2002, the 2nd World Assembly on Ageing mengadopsi Madrid  International Plan of Action on Ageing (MIPAAA) dengan tema “Menuju Masyarakat Segala Usia”.

Di Indonesia, hasil sensus BPS 2000 menunjukkan jumlah populasi lanjut usia sebesar 17.767.790 (7,97%). Tahun 2005 menjadi 19.936.895 (8,48%) dan tahun 2010 mencapai 23.992.553 (9,77%) dari jumlah penduduk Indonesia.

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di setiap negara cenderung meningkat seiring dengan adanya perbaikan kualitas hidup.
Bahkan, untuk Indonesia jumlah penduduk lansia akan bertambah dua kali lipat pada 2025. Saat ini, jumlah lansia di Indonesia 18,04 juta atau sekitar 9 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Namun, pada 2025 jumlah lansia diperkirakan menjadi 25 persen dari total penduduk Indonesia.

Menurut Perwakilan  Kependudukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNFPA) untuk Indonesia Jose Ferraris, di Asia Tenggara (ASEAN), jumlah lansia di Indonesia lebih rendah dibandingkan Vietnam dan Thailand. Namun, jumlah lansia Indonesia lebih tinggi dibandingkan Filipina dan Malaysia. “Ini sangat terkait dengan kesuksesan akses pelayanan kesehatan dan program keluarga berencana,” katanya di Jakarta, Rabu (31/7).

Kebijakan keluarga berencana telah mengakibatkan jumlah lansia bertambah, sedangkan rasio kelahiran cenderung menurun. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia harus menyiapkan kebijakan yang melindungi lansia. Pemerintah sudah harus memikirkan tentang jaminan kesehatan dan pensiun kepada generasi muda. Kebijakan ini diperlukan ketika mereka tua kehidupannya sudah lebih terjamin.

Kebijakan tersebut utamanya harus difokuskan kepada perempuan. Di negara berkembang, jaminan ekonomi dan sosial kaum perempuan masih kurang. “Ini adalah persoalan gender. Banyak perempuan yang pendidikannya sudah bagus, tetapi dalam soal kesempatan kerja tidak,” katanya. Apalagi, kecenderungan perempuan janda untuk kawin kembali sangat kecil.

Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Fasli Djalal mengatakan, peningkatan jumlah lansia membutuhkan penyesuaian dalam bidang ketenagakerjaan, jaminan sosial, kesejahteraan sosial, pendidikan, perawatan kesehatan, investasi, konsumsi, dan pola tabungan.

Peningkatan jumlah lansia telah menurunkan rasio potensi dukungan terhadap lansia. Jumlah penduduk usia kerja yang akan memberikan dukungan terhadap satu orang lansia cenderung menurun. Pada 1971, ada 21 orang berusia produktif yang dapat menyokong satu orang lansia. Angka ini menurun pada 2010, di mana hanya sembilan orang berusia produktif yang dapat menyokong satu orang lansia.

“Dengan kata lain, jumlah wajib pajak akan mengalami penurunan, sementara di sisi lain, jumlah orang yang membutuhkan bantuan sosial akan meningkat,” katanya.

Untuk menghadapi tantangan itu, pemerintah telah memiliki kebijakan. Namun, kebijakan itu harus didukung banyak pihak, seperti keluarga dan masyarakat. “Kita mungkin tinggal menekankan tanggung jawab keluarga kepada lansia. Dulu ekspektasi hidup 60 tahun, sekarang 70 tahun. Apalagi, saat ini, keluarga tidak seramah dulu kepada orang tua,” tuturnya. Oleh karena itu, ke depan perlu adanya dukungan dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) untuk mendampingi mereka.

Fasli mengakui, kondisi lansia di Indonesia sangat berbeda dengan di negara maju. Di negara maju, kondisi kesehatan orang berusia 60-65 tahun masih baik. Di Indonesia, kondisi kesehatan penduduk berusia 60-65 tahun sudah “ringkih”. Padahal, jaminan kesehatan belum merata. Banyak pemuda maupun lansia hingga kini belum memiliki jaminan kesehatan.

Lansia dan Pemerintah

Mencermati kondisi lansia tersebut, pemerintah telah mengeluarkan Undang Undang No. 13/1998 tentang Pembangunan Kesejahteraan Lanjut Usia Tahun 2004 telah dibentuk Komisi Nasional Lanjut Usia berdasarkan Kepres No 52/2004 dan ditindak lanjuti dengan Permendagri No. 60/2008 tentang komisi Daerah Lanjut Usia di Tingkat Provinsi Kabupaten/Kota dengan menugaskan wakil gubernur dan wakil Bupati/Walikota sebagai ketua Komda.

Lebih jauh, untuk menindak lanjuti UU No.13/1998 dan Permendagri 60/2008 telah dilaksanakan sosialisasi dan diseminasi melalui beberapa kali seminar Nasional Lanjut Usia dengan para peserta para wakil Bupati dan wakil Walikota (selaku ketua Komda Lansia), instansi terkait dan LSM pemerhati dan peduli lanjut usia, dan telah menghasilkan beberapa rekomendasi untuk kesejahteraan Lanjut Usia.

Sebagai contoh Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kepala Dinas Kesehatan DIY dr Sarminto, M Kes mengatakan bahwa penuaan merupakan proses alamiah dalam hidup yang tidak mungkin ditolak. Penuaan akan diikuti dengan penurunan fungsi tubuh, sehingga akan berkurang produktivitasnya. Lansia seringkali di-stigma-kan sebagai sakit-sakitan dan tergantung pada orang lain. Jumlah lansia meningkat karena meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya jumlah kelahiran.

Persoalan biaya akan menjadi isu sentral. Indonesia akan mengalami ledakan jumlah pensiunan PNS pada tahun 2025. Karena itu pemerintah, juga swasta dan masyarakat, perlu memberikan perhatian khusus, karena dibutuhkan solusi multidimensi terkait penyelesaian masalah ini. Tidak seharusnya masalah lansia ini dianggap sebagai beban, melainkan para lansia harus diberdayakan agar mandiri, karena jika tidak, selain berdampak pada produktivitas, juga akan berdampak pada masalah kesehatan. Paradigma yang mengarahkan bahwa lansia itu sesudah habis dan tidak berguna harus dihapuskan. Karena jumlah lansia yang berguna masih lebih banyak dibandingkan dengan yang sudah tidak berguna. Sultan juga berharap melalui acara ini dapat dipetakan permasalahan dan tantangan, serta bisa didapatkan masukan dan saran, serta program untuk lansia. Juga diharapkan kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat bisa semakin sinergis, sehingga bisa meningkatkan taraf hidup lansia beserta keluarganya.

Prof dr Ali Gufron Mukti, MSc, PhD selaku Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia mengemukakan bahwa Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia, memaparkan tekad dari Kemenkes RI adalah mengubah pomeo sorang miskin dilarang sakit, menjadi sorang miskin kalau sakit dilarang bayar, melalui berbagai program. Dalam konteks pemeliharaan kesehatan lansia, payung hukumnya sudah jelas yaitu pasal 138 UU No. 36 Tahun 2009 tentang× Kesehatan. Dalam pasal 138 tersebut dikatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan bagi lansia harus ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial ekonomi sesuai dengan martabat kemanusiaan.

Undang-undang tersebut menjadi acuan dari tujuan kesehatan yaitu meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, agar dapat hidup produktif dan sejahtera secara sosial dan ekonomi. Maka, pemerintah wajib menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomi. Kita harapkan masyarakat akan mendapatkan standar pelayanan minimal. Pemerintah sudah menyelenggarakan PP (peraturan pemerintah) terkait lansia, yaitu menyangkut masalah keagamaan, kesehatan, dan pelayanan umum, misalnya bagaimana lansia bisa mendapatkan layanan yang ramah, seperti ketika naik bis tempatnya lebih diutamakan, dan juga terkait penggunaan fasilitas publik.

Tujuan kebijakan pemerintah adalah meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdayaguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatkan kesadaran para lansia untuk membina sendiri kesehatannya, meningkatkan kemampuan dan peran serta keluarga dan masyarakat dalam peningkatan kesehatan lansia, dan meningkatkan jenis, jangkauan, dan mutu pelayanan kesehatan bagi lansia. Menurut Ali Gufron program-program pemerintah yang sudah dikembangkan adalah:

1.      Peningkatan dan pemantapan upaya kesehatan para lansia pada pelayanan kesehatan dasar, khususnya Puskesmas melalui konsep Puskesmas Santun Lansia.
2.      Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan Geriatri di Rumah Sakit yang saat ini baru ada 8 Rumah Sakit tipe A dan B.
3.      Peningkatan penyuluhan dan penyebarluasan informasi kesehatan dan gizi bagi Lansia
4.      Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan dan pembinaan Kelompok Lansia/Posyandu Lansia di masyarakat.
5.      Peningkatan mutu perawatan kesehatan bagi lansia dalam keluarga (Home Care) yang dilaksanakan secara terintegrasi dengan program× Masyarakat di Puskesmas maupun di Rumah Sakit.
6.      Peningkatan peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan lansia melalui Sehat dan Jamkesmas.
Layanan Inovatif

Sebuah seminar Lansia dalam rangka memperingati Hari Lanjut Usia Internasional Berlangsung tanggal 25-30 Oktober 2013 di Batam, seminar ini diikuti oleh 150 peserta terdiri dari Wakil Bupati/Wakil Walikota, Komda Lansia, Bappeda tingkat Kabupaten, Pejabat instansi terkait tingkat Propoinsi dan Kabupaten, Ketua Tim Penggerak PPKK, Lembaga  Sosial Organisasi Masyarakat Lanjut Usia, Persatuan Purnawirawan ABRI, PWRI, Koalisi Kependudukan dan lain-lain.

Dr. Sunitri Widodo Ketua Aliansi Pita Putih Indonesia menyatakan persoalan keterlambatan dan keterlaluan. Keterlambatan terutama: a. Mengambil Keputusan b. Transportasi ke tempat rujukan   dan c. Pelayanan di fasilitas kesehatan

Sementara keterlaluan yang selalu di hadapi meliputi empat hal: a. Terlalu mudah saat melahirkan pertama b. Terlalu tua masih melahirkan c. Terlalu sering melahirkan dan d. Terlalu banyak anak

Perhatian terhadap lansia sejak dulu sudah menonjol, misalnya Taj Mahal merupakan lambang dari lambang rasa cinta raja terhadap istrinya, Taj Mahal adalah kuburan yang dibangun oleh sang raja untuk istrinya yang meninggal saat melahirkan anak ke-14.

Pada tingkat dunia, dalam Atlas On Birth setiap satu menit 380 wanita hamil. Yang menyedihkan adalah setiap satu menit, seorang ibu meninggal saat melahirkan. “Angka kematian Ibu yang tinggi di Indonesia merupakan tantangn yang belum terselesaikan, faktor utama penyebab tingginya angka kematian ibu ini bersumber pada Rahim yang tidak sehat. Bilamana Rahim sehat, anakpun akan sehat dan sebaliknya”.

Kabupaten Banjar Negara merupakan Kabupaten layak lansia, yang didukung oleh Perda, menuju lansia yang mandiri. Keseluruhan kegiatan perencanaan dibawah Komda Lansia. Misalnya untuk Propinsi Jawa Timur, 17 Kabupaten/Kota sudah mempunyai Komda Lansia, 8 diantaranya telah memiliki Perda. Kabupaten Tegal di Provinsi Jawa Tengah mempunyai pilot proyek Rumah Sakit Ramah Lansia. Aisyiah Yogyakarta memiliki Rumah Baiturrahmah, untuk Yogyakarta sendiri, mengembangkan sebuah motto namanya “Setaman Sehat” (yakni, Sehat Takwa Mandiri).

Kota Ramah Lansia Payakumuh

Lanjut Usia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam Penanganan Lanjut Usia di Daerah patut disimak pengalaman Kota Payakumbuh, Sumatera Barat yang merupakan hasil kajian dari Lembaga Penelitian, SurveyMeter, Yogyakarta dengan dukungan USAID tahun 2013,  . Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah kota bermitra dengan Komda Lanjut usia dan Yayasan Jantung Sehat Payakumbuh. Meski kota ini belum dideklarisikan sebagai Kota Ramah Lanjut usia, tapi setiap kegiatan yang dilakukan dalam sepuluh tahun terakhir, sudah menjadi acuan bagi kota/kabupaten dan provinsi lainnya di tanah air. Budaya masyarakat Payakumbuh yang menghargai orang tua, kunci sukses Lanjut usia di Kota Batiah. Kota Payakumbuh sebagai salah satu kota di Indonesia yang mulai perlahan menata kota untuk mewujudkan kota ramah terhadap kaum lanjut usia. Kota Payakumbuh yang terletak di Provinsi Sumatera Barat adalah satu kota tersampel pada studi kota ramah lanjut usia. Dari pendapat dan penilaian yang disampaikan oleh semua responden bahwa Kota Payakumbuh sudah melakukan berbagai upaya dan kegiatan yang menjembatani terciptanya kota ramah lanjut usia dengan memenuhi 8 dimensi menurut WHO. Didukung oleh kepedulian pemerintah kota dalam melakukan pemberdayaan terhadap para lanjut usia.

Bisa diketahui jika dari 8 dimensi kota ramah lanjut usia di Kota Payakumbuh 6 dimensi (gedung dan ruang terbuka, perumahan, partisipasi sosial, penghormatan dan inklusi/keterlibatan sosial, komunikasi dan informasi, dukungan masyarakat dan pelayanan kesehatan) persentasenya lebih tinggi dibandingkan rata-rata 14 kota tersample di Indonesia. Sedangkan 2 dimensi (transportasi, partisipasi sipil dan pekerjaan) yang lain persentasenya hampir sama dengan rata-rata kota tersample.Kota Payakumbuh termasuk dalam kelompok kota kecil bersama dengan 5 kota (Balikpapan, Depok, Surakarta, Malang) tersample lainnya di Indonesia. Dari delapan dimensi kota ramah lanjut usia ada 3 dimensi (perumahan, penghormatan dan inklusi/keterlibatan sosial, dukungan masyarakat dan pelayanan kesehatan) yang persentasenya lebih tinggi dibandingkan 4 kota yang lainnya. Sedangkan lima dimensi yang lain persentasenya rata-rata sama dengan kota-kota yang lain, tetapi tidak ada dimensi dengan persentase lebih rendah dibandingkan kota-kota yang lain.

Sedangkan bagaimana Kota Payakumbuh sampai tahun 2013 dalam mencapai kota ramah lanjut usia. Jika dilihat dari jawaban responden untuk sesuai dan sangat sesuai secara keseluruhan Kota Payakumbuh sudah cukup baik dalam mewujudkan kota ramah lanjut usia. Hal tersebut bisa dilihat dari rata-rata persentase yang diberikan oleh tiga responden (individu, staff SKPD, staff kelurahan) sudah di atas 50%, hanya saja masih ada jawaban dengan persentase di bawah 50% dari observasi pewawancara.

Untuk mewujudkan kota ramah lanjut usia menjadi tanggungjawab tidak hanya pemerintah, tetapi juga masyarakat dan berbagai pihak seperti swasta, LSM, media elektronik. Peran serta mereka menjadi sangat diharapkan untuk memperbaiki sarana prasarana, fasilitas dan program/kegiatan yang memberdayakan para kaum lanjut usia di Kota Payakumbuh. Tetapi memang pemerintah yang memegang peranan paling penting dalam hal ini.

Lansia, Tantangan Ke Depan

Seorang lansia menangis terus karena dia sedang membaca riwayat hidup sendiri sesudah pensiun ia ditinggalkan oleh istri dan anak anaknya, tetapi dia tidak kecewa, kemudian dia ditanya “Kenapa bapak menangis?” kemudian dijawab “Saya sehat kok,” kemudian bapak tersebut menambahkan, “Saya menangis melihat tabungan saya selama tiga tahun kok tetap seratus ribu, tidak bertambah”

Hampir semua orang dalam perjalanan Internasional transit di Changi Airport Singapore, saat mampir di food mart airport ini, pasti akan melihat orang tua, laki-laki atau perempuan, mengangkat piring, mencuci piring, membersihkan meja, membersihkan lantai. Orang tua ini, yang sudah agak bongkok, dan mungkin umurnya sudah diatas 80 tahun, tetap produktif bekerja, malah tengah malam dari jam 12  sampai jam 4 pagi, jumlah orang tua terlihat pula mengatur pembatas untuk check-in, mendorong  tempat sampah, dan memindahkan kursi.

Ketika ditanya kepada mereka, kenapa kok masih bekerja, mereka menjawab “Saya senang, dan dapat gaji, lagi”. Pemerintah Singapore memprioritaskan pekerjaan di restoran, food mart, supermarket, terminal, untuk orang tua. Mereka memilih mempekerjakan orang tua daripada melarang mereka dan tinggal dirumah, karena saat tinggal dirumah tidak ada kesibukan, orang tua itu akan jatuh sakit, biaya pengobatannya sangat besar, dibandingkan dengan gaji yang diberikan.

Dari hasil studi Survey Meter, yang dilakukan di Kota Payakumbuh, maka bisa disampaikan beberapa rekomendasi strategi menuju 2030 untuk mewujudkan kota ramah lanjut usia. Rekomendasi yang diberikan berasal dari persentase indikator di bawah 50% dan mudah untuk dilakukan. Sehingga diharapkan pada 2030 Kota Payakumbuh bisa menjadi salah satu kota ramah lanjut usia di Indonesia. Berikut enam strategi untuk rekomendasi yang diberikan untuk mewujudkan Kota Payakumbuh  dan kota-kota lainnya di Indonesia, menjadi kota Ramah Lanjut Usia pada tahun 2030
Strategi 1
Pemantapan dan penerapan peraturan perundang-undangan yang mendukung penerapan peraturan lalu lintas dan kenyamanan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan transportasi yang lebih memperhatikan para lanjut usia, contoh yang bisa dilakukan oleh semua masyarakat dalam strategi 1 adalah: Peraturan lalu lintas ditaati dengan pengendara memprioritaskan pejalan kaki terutama bagi para lanjut usia.

Strategi 2
Penguatan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan, kelompok masyarakat dan masyarakat secara umum untuk dapat lebih memperhatikan masyarakat terutama para lanjut usia, contoh yang bisa dilakukan oleh lembaga terkait adalah: Badan-badan pengambil keputusan di sektor pemerintah, swasta, sukarela mendorong partisipasi dan keanggotaan lanjut usia.

Strategi 3
Pembuatan aturan dan sosialisasi terhadap fasilitas pelayanan masyarakat atau fasilitas umum lainnya untuk dapat memberikan pelayanan khusus bagi para lanjut usia secara optimal, contohnya: Terdapat Pelayanan pelanggan khusus bagi lansia (seperti: Tempat antrian terpisah dan tempat khusus lansia).


Strategi 4
Penguatan pencitraan kepada lanjut usia sebagai individu yang aktif, berdaya guna dan dapat berkarya dengan melibatkan media massa dan media elektronik, contohnya yang bisa dilakukan: Informasi dan tayangan khusus lansia tersedia secara regular.

Strategi 5
Memasukan muatan lokal mengenai peran dan penjelasan lanjut usia pada kurikulum sekolah untuk dapat memupuk rasa kasih sayang dan penghormatan terhadap lanjut usia sejak dini, contoh yang bisa dilakukan oleh sekolah sebagai bentuk keperdulian terhadap   lanjut usia, dengan memberikan kesempatan bagi mereka untuk aktif dalam kegiatan sekolah.

Sejalan dengan lima strategi diatas, patut di kaji ulang sejumlah pengalaman layanan bagi lanjut usia yang sudah berlangsung, misalnya bagaimana peningkatan peran organisasi sosial setempat, kampanye agar masyarakat peduli lanjut usia dan peningkatan tanggung jawab keluarga terhadap lanjut usia nanti.

Lahan aktifitas para lansia dalam konteks Indonesia, tentunya tidak akan mereplikasi pengalaman negara jiran Singapura dengan memperkerjakan mereka kembali hingga larut malam. Bidang kepedulian sosial adalah salah satu yang sangat terbuka saat ini, mengingat besarnya jumlah masyarakat miskin di tanah air yang mencapai 28 juta orang.
(H.Muchtar Bahar)