Kamis, 08 November 2007

Belajar Tanggulangi Kemiskinan dari Sang Peraih Nobel

Perdamaian dan Kemiskinan

Tahun ini Prof. Muhammad Yunus, penggiat keuangan mikro bagi rakyat miskin di Banglades, memperoleh anugerah hadiah Nobel Perdamaian (Peace Nobel Prize). Dunia mengakui, kemiskinan adalah salah satu pangkal tolak ketidak damaian di dunia. Atau dengan kata lain, ketidak damaian merupakan sumber kemiskinan.
Demikian terungkap dalam acara Dialog dan Halal Bihalal Masyarakat Microfinance Indonesia di kantor PT PNM, Jakarta, pada Rabu (8/11/2006), dengan tuan rumah PT PNM, Gema PKM Indonesia dan BRI. Acara bertema “menyongsong masa depan bangsa Indonesia melalui keuangan mikro” ini dihadiri pula oleh Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bayu Krisnamurti.


Pada kesempatan tersebut Bayu menekankan, anugerah Nobel dengan dimensi perdamaian ini merupakan anugerah ketiga, setelah sebelumnya diterima oleh Norman Borlough tahun 1970. Borlough adalah seorang ahli pertanian yang mendedikasikan seluruh hidupnya bagi usaha penanggulangan kelaparan di Meksiko dan India. Menyusul tahun 1979, Nobel perdamaian diterima Mother Theresa, yang mengabdi untuk meringankan beban orang miskin di India.


Terkait ini, bisa juga disimak pemberian anugerah serupa kepada organisasi Doctor Without Borders dari Belgia dan Wangani Maathai dari Kenya tahun 2004 untuk usaha pembangunan berkelanjutan.


Makna


Dalam acara dialog dan halal bihalal ini diperoleh beberapa kesimpulan terkait dengan perjuangan orang-orang hebat di atas hingga memperoleh Nobel Perdamaian. Pertama, perjuangan tersebut bukanlah sebuah kegiatan yang terwujud dengan cara “sim salabim.” Perjuangan M. Yunus, Mother Theresa dan juga Norman Borlough, dicapai setelah lebih dari 20 tahun, yang dimulai dengan skala kecil. Kedua, upaya dilakukan terkendali dengan adanya tujuan yang jelas, konkret serta terukur.


Ketiga, dengan durasi perjuangan panjang itu menunjukkan ada suatu keyakinan kuat atas konsep, pendekatan dan proses yang tidak pernah berubah, sejalan dengan tujuan yang telah ditetapkan. Keempat, M Yunus mempunyai pendekatan dan instrumen pendukung, seperti konsep kelompok kecil, gabungan kelompok dengan proses pembelajaran yang bekesinambungan. Kelima, adanya organisasi yang dibangun bersama dengan masyarakat. Keberhasilan Grameen Bank dengan kepemilikan saham mayoritas oleh anggota memperlihatkan hal ini.


Refleksi


Kelima makna dari pengalaman M.Yunus dengan jelas memberikan kritisi pada kita dalam berbagai upaya penanggulangan kemiskinan yang selalu berubah, sesuai dengan pemegang kekuasaan. Kita lihat pendekatan perbaikan kampung, IDT, sekarang BLT. Acuan konsep dan strategi yang menjadi acuan berbagai program hingga saat ini pun masih belum jelas. Sebagai contoh nyata adalah perbedaan yang menyolok tentang siapa yang miskin dan berapa banyak.


Masih segar bagi kita data kemiskinan yang digunakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Kenegaraan, pada Agustus 2006, yang ternyata tidak akurat. Keangkuhan pelaksana terhadap pandangan dan konsep penanggulangan kemiskinan yang diterapkan menambah kesimpang-siuran. Berbagai departemen memiliki konsep dan pendekatan berbeda, dan itu “ditumpahkan” kepada masyarakat. Tidak hanya masyarakat yang bingung, petugas pun lebih awal bingungnya.


Mungkin masih teringat komitmen pemerintah yang disampaikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat pencanangan International Year of Micro Credit, 2005, di Indonesia, serta Gelar Karya UKM di Gedung SME co Promotion Center, Jakarta, yang mengutip pernyataan Sekretaris PBB, Koffi Anan. Yakni, akses terhadap keuangan yang berkelanjutan (sustainable) memberikan kesempatan bagi penduduk miskin untuk melakukan kegiatan ekonomi produktif, yang pada gilirannya akan mengeluarkan mereka dari penjara kemiskinan (prison of poverty), hidup layak sebagaimana masyarakat lain.


Setelah hampir dua tahun dari pernyataan tersebut, ternyata tidak banyak terlihat perwujudannya. Mungkin hal ini akan marak lagi menjelang tahun 2009, saat pemilihan presiden secara langsung di negeri tercinta ini kembali digelar.


Perjuangan Tanpa Lelah


Upaya Prof. Muhammad Yunus dimulai tahun 1976 dengan merintis Grameen Bank, sebuah Lembaga Keuangan Pedesaan yang idealismenya menciptakan sistem pelayanan keuangan bagi masyarakat miskin, bepijak pada rasa saling percaya, akuntabilitas, partisipasi dan kreatifitas. Kredit mikro disalurkan tanpa mensyaratkan jaminan, melainkan jaminan kepercayaan bersama. Grameen Bank telah direplikasi lebih di 50 negara, termasuk di Indonesia.


Hingga saat ini Grameen Bank dimiliki oleh masyarakat miskin yang dilayaninya. Peminjam terdiri dari kelompok miskin—umumnya perempuan—yang memiliki 90% sahamnya. Sedangkan 10% lainnya dimiliki oleh pemerintah. Hingga September 2006, Grameen Bank memiliki 2.247 kantor cabang dan melayani 6.676.938 anggota (96,7%-nya adalah perempuan) dengan nilai total outstanding kredit sebesar 458,81 juta dolar AS.


Perjuangan Yunus selama 30 tahun ini memberikan pelajaran yang menarik. Bahwa ternyata pembelajaran tentang keuangan mikro tidak harus dari negara-negara kaya, seperti selama ini dianut. Negara miskin dengan Grameen Bank ternyata telah mendobrak pandangan “hanya negara kaya yang patut sebagai sumber pembelajaran.” ( Muchtar Bahar)

1 komentar:

Andika Enny mengatakan...

Salam kepada semua warga negara Indonesia, nama saya Andika Enny, TOLONG, saya ingin membagikan kesaksian hidup saya di sini di platform ini sehingga semua warga negara Indonesia berhati-hati dengan pemberi pinjaman di internet, Tuhan sangat mendukung saya melalui ibu yang baik, MARIA ALEXANDER. Setelah beberapa waktu mencoba mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan, dan ditolak, jadi saya memutuskan untuk mendaftar melalui pinjaman online tetapi saya ditipu dan saya kehilangan lebih dari 40 juta Rupiah dengan pemberi pinjaman yang berbeda setelah membayar sejumlah biaya dan tidak mendapatkan pinjaman. Saya menjadi sangat putus asa dalam mendapatkan pinjaman, jadi saya berdiskusi dengan seorang teman saya Kabu layu yang kemudian memperkenalkan saya kepada Ibu MARIA ALEXANDER, seorang pemberi pinjaman di perusahaan bernama ACCESS LOAN FIRM sehingga teman saya meminta saya untuk melamar dari ibu MARIA, jadi Saya mengumpulkan keberanian dan menghubungi Ibu MARIA.

Saya mengajukan pinjaman 3 milyar Rupiah dengan tingkat bunga 2%, sehingga pinjaman disetujui tanpa tekanan dan semua pengaturan dibuat pada transfer kredit, karena tidak memerlukan jaminan dan jaminan untuk pinjaman transfer saya hanya diberi tahu untuk mendapatkan perjanjian lisensi aplikasi mereka untuk mentransfer kredit saya dan dalam waktu kurang dari 48 jam uang pinjaman telah disetorkan ke rekening bank saya.

Saya pikir itu lelucon sampai saya menerima telepon dari bank saya bahwa akun saya dikreditkan dengan jumlah 3 miliar. Saya sangat senang bahwa Tuhan akhirnya menjawab doa saya dengan memesan pinjaman saya dengan pinjaman asli saya, yang memberi saya keinginan hati saya. mereka juga memiliki tim ahli yang akan memberi tahu Anda tentang jenis bisnis yang ingin Anda investasikan dan cara menginvestasikan uang Anda, sehingga Anda tidak akan pernah bangkrut lagi dalam hidup Anda. Semoga ALLAH memberkati Mrs. MARIA ALEXANDER untuk membuat hidup saya mudah, jadi saya menyarankan siapa pun yang tertarik mendapatkan pinjaman untuk menghubungi Mrs. MARIA melalui email: (mariaalexander818@gmail.com) atau (Whatsapp: + 1 651-243-8090) untuk pinjaman anda

Akhirnya, saya ingin berterima kasih kepada Anda semua karena telah meluangkan waktu untuk membaca kesaksian sejati hidup saya tentang kesuksesan saya dan saya berdoa agar Tuhan melakukan kehendak-Nya dalam hidup Anda. Sekali lagi nama saya ANDIKA ENNY, Anda dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut melalui email saya: (andikaenny0@gmail.com)